10 BENCANA LINGKUNGAN TERBURUK AKIBAT ULAH MANUSIA
Berbagai bencana yang menimpa manusia memang suatu
kemurkaan alam yang tak terelakkan. Namun bencana2 ini berbeda, karena
secara murni disebabkan oleh manusia. Tak hanya menyebabkan kerusakan
lingkungan, namun juga korban jiwa pun berjatuhan. Yang selamat pun
mengalami penderitaan seumur hidupnya. Berikut ini adalah 10 bencana
terburuk yang disebabkan oleh tingkah manusia yang tak bertanggung
jawab.
1. Pencemaran Minyak oleh Exxon Valdez
Pada
24 Maret 1989, kapal tanker Exxon Valdez karam dan menumpahkan muatan
minyak mentahnya sebesar 11 juta galon di perairan Alaska. Akibatnya
sekitar seperempat juta ekor burung dan biota laut yang tak terhitung
jumlahnya mati. Diperlukan sekitar 11.000 relawan untuk membersihkan
tumpahan minyak itu dan menyelamatkan organisme2 yang tersisa.
2. Tragedi Minamata
Pada1956,
pabrik baterai Chisso Corporation diketahui membuang limbahnya yang
mengandung zat metilmerkuri yang sangat berbahaya ke lepas pantai
Minatama. Akibatnya sekitar 2.000 penduduk Minamata mengalami penyakit
kelainan saraf dan meninggal akibat memakan ikan2 yang terkontaminasi
merkuri tersebut. Yang mengerikan, pabrik tersebut telah melakukan
perbuatan tak bertanggung jawab itu selama 24 tahun!
3. Tragedi Bhopal
Pada
1969, sebuah perusahaan asal Amerika bernama Union Carbide Corporation
mendirikan sebuah pabrik pestisida di Bhopal, kota yang dipadati 900
ribu penduduk di India. Pada 3 Desember 1984, sebuah tangki meledak dan
melepaskan muatannya, 40 ton sebuah gas bioahazard bernama
methyl-isocynate (MIC). Gas beracun tersebut langsung membunuh 20.000
penduduk tak berdosa. Yang selamat mengaku mengalami perasaan tercekik
hingga kebutaan. Hingga kini sekitar 120.000 lainnya mengalami cacat
akibat gas ini. Ironisnya, tujuan perusahaan tersebut membangun pabrik
di India adalah untuk menghemat uang jutaan dolar untuk pajak dan tenaga
kerja murah, sangat tak setimpal dengan penderitaan yang diberikannya
pada penduduk India.
4. Love Canal
Pada
1940, sebuah perusahaan bahan2 kimia bernama Hooker Chemical secara
ilegal mengubur 21.000 ton limbahnya yang mengandung zat berbahaya
bernama dioxin. Akibatnya penduduk di Love Canal, Niagara mengalami
keguguran, bayi lahir cacat, dan penyakit kanker. Perusahaan tersebut
kini masih ada dan hanya mengubah namanya menjadi Occidental Petroleum
Corporation.
5. Guiyu Electronic Graveyard, China
Tragedi
Guiyu mungkin merupakan kisah pencemaran paling menarik. Kota Guiyu di
Cina dikenal sebagai tempat pembuangan sampah elektronik terbesar di
dunia. Kini sekitar 88% bayi yang lahir di kota itu menderita cacat
bawaan akibat keracunan timbal. Ragisnya, hingga kini penduduk Guiyu
tetap tinggal dan hidup dengan kondisi demikian.
6. Pulau Sampah Pasifik
Pulau
sampah pasifik adalah kumpulan sampah yang terbawa oleh arus laut
sehingga membentuk semacam “pulau” yang konon seluas 8% dari Samudra
Pasifik itu sendiri atau dua kali ukuran Amerika Serikat. Pulau sampah
ini tak berdampak langsung pada manusia, namun tentu berbahaya bagi
biota laut. Bahkan sering ditemukan sampah2 seperti plastik dan
styrofoam di perut burung albatros dan penyu laut yang hidup di Pasifik.
7. The Great Smog of London
Smog
adalah akronim dari smoke dan fog, yaitu asap dan kabut yang disebabkan
oleh pencemaran asap pabrik. Tak seperti kabut biasa yang berupa uap
air yang tidak berbahaya, smog mengandung berbagai gas beracun seperti
sulfur dioksida, nitrogen oksida, dan jelaga. Namun pada musim dingin
1952, smog berupa kabut hitam tebal tak hanya menyebabkan kota London
diselimuti kegelapan, namun juga menyebabkan 12.000 penduduknya tewas
karena keracunan.
8. Tragedi Chernobyl
26
April 1986 akan selalu diingat umat manusia sebagai kecelakaan nuklir
paling mengerikan di dunia. Pada tanggal tersebut, terjadi kebocoran
pada PLTN Chernobyl di utara Ukraina yang menyebabkan lepasnya zat2
radioaktif berbahaya ke udara. Tindakan pemerintah Uni Sovyet yang
menutup-nutupi tragedi itu ustru memperburuk keadaan. Sekitar 6,6 juta
penduduk yang tinggal di sekitar reaktor nuklir terpapar materi
radioaktif tersebut, menyebabkan berbagai kelainan mulai dari bayi yang
lahir cacat hingga kanker ganas (coba browsing gambar2 koran Chernobyl,
saya sendiri nggak tega untuk memajangnya di blog).
Tragedi
Chernobyl sering dijadikan alasan untuk mengkritik pemerintahan Uni
Sovyet saat itu. Padahal kenyataannya, di negara Barat pun tragedi yang
sama juga terjadi, namun tak digembar-gemborkan sehingga tak banyak yang
tahu. Bencana yang menimpa Three Mile Island di Harrisburg, Amerika
Serikat misalnya sama persis dengan Chernobyl, yaitu reaktor nuklir
mengalami kebocoran akibat human error.
9. Surutnya Laut Aral
Laut
Aral dahulu merupakan salah satu dari empat danau terbesar di dunia.
Namun tindakan pemerintah Uni Sovyet yang gegabah saat itu untuk
mengalirkan danau itu untuk kepentingan irigasi tanpa memperhatikan
dampak ekologisnya. Dalam waktu beberapa tahun, sekitar 68.000 km
persegi wilayah danau itu surut dan menghancurkan ekosistem perairan
yang dulu ada di tempat itu. Sebagian wilayah danau yang dulu habitat
kaya kehidupan sekarang berubah menjadi padang gurun yang gersang.
10. Tragedi Castle Bravo
Akibat
persaingan sengitnya dengan Blok Timur, Amerika Serikat berambisi
menciptakan senjata nuklir yang tak kalah dengan milik Uni Sovyet. Pada
Maret 1954, pemerintah AS melaukan uji coba bom hidrogen dalam proyek
yang disebut Castle Bravo di lepas perairan Pasifik. Para ilmuwan
memperkirakan bom itu hanya akan menghasilkan ledakan sebesar 8 megaton.
Namun kenyataannya, ledakan yang dihasilkan memiliki kekuatan 15
megaton atau setara 1000 kali lebi dahsyat daripada bom Hiroshima. Belum
lagi perubahan cuaca dan arah angin yang tak diprediksikan sebelumnya
membawa radiasi nuklir ke pulau2 berpenghuni di sekitarnya. Area2
tersebut hingga kini masih terkontaminasi oleh materi2 radioaktif.
BONUS:
Banjir Lumpur Panas Sidoarjo
Bencana
yang sering disebut juga Lumpur Lapindo ini bermula dari semburan
lumpur panas pada 29 Mei 2006 yang meluas hingga menggenangi 16 desa di 3
kecamatan. Hingga kini, PT Lapindo Brantas masih tak mau bertanggung
jawab dan menyalahkan gempa Yogya sebagai pemicu peristiwa tersebut.
Sejarawan
Goerge Santyana menulis, “Dia yang tak mengetahui sejarah akan dikutuk
untuk mengulanginya”. Bila kita tak berkaca dari peristiwa2 di atas,
bukan tak mungkin bencana yang lebih besar lagi akan menimpa umat
manusia.